Rabu, 07 Juli 2010

Buletin J U L I 2010

“MEMANDANG SALIB KRISTUS”


Minggu - 04 Juli 2010



Melayani yang benar harus didasari dengan kasih dan dengan pengabdian diri secara sepenuhnya kepada Tuhan. Maka yang disebut melayani itu adalah seberapa besar kita telah berbuat bagi bagi Tuhan dan seberapa besar kita berguna baik kepada Tuhan mau pun kepada sesama manusia. Sebab yang disebut melayani bukan hanya sekedar melayani begitu saja dan bukan hanya sekedar berbuat begitu saja, tetapi dengan arah dan tujuan yang jelas.

Saudara-saudara, Tuhan ingin menguasai hati kita, hasrat atau pun keinginan kita, Dia mau supaya hanya Dia saja yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Tetapi yang menjadi masalah adalah dari diri manusia itu sendiri. Sebab banyak orang tidak mau memperhatikan kebenaran dan tidak mau hidup sesuai dengan firman Tuhan. Kerinduan Tuhan Yesus supaya kita mampu menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, tetapi banyak orang Kristen yang hidupnya tidak sesuai dengan keinginan Tuhan Yesus tersebut.

SALIB itu menunjuk kepada penderitaan, kita harus mampu mengikut Tuhan walau pun harus mengalami banyak penderitaan. Tetapi menderita disini bukan karena dosa atau karena pelanggaran, melainkan karena nama Tuhan, menderita karena mau melakukan firman Tuhan. Sama seperti Tuhan Yesus, ketika Ia disalibkan bukan karena dosa-Nya sendiri dan bukan karena kejahatan-Nya, tetapi karena dosa-dosa manusia. Ia tersalib supaya terbuka jalan keselamatan bagi kita, jalan yang membawa kita kepada kehendak Tuhan. Dan kehendak Tuhan itu ialah kita harus berjalan dalam salib, berjalan menuruti kehendak Tuhan. Berjalan dalam salib itu bukan karena paksaan dan bukan pula karena keinginan diri sendiri tetapi sepenuhnya harus karena kehendak Tuhan sendiri.
Yesus disalibkan bukan karena terpaksa tetapi murni karena kehendak Tuhan sendiri. Tetapi kalau kita lihat lewat salib itu Tuhan Yesus dipermuliakan, sebab sekali pun Ia telah mati namun Ia hidup kembali dan naik ke sorga dipermuliakan di dalam kerajaan-Nya.
Bagi kita sekarang, salib itu menjadi sumber pertolongan, sumber pengharapan, sumber keselamatan, sumber kemenangan, salib itu juga menjadi sumber pengurapan dari Roh Kudus yang bisa membawa kita untuk memperoleh kemenangan demi kemenangan. 1 Korintus 1 : 18 firman Tuhan berkata: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
- Bagi orang-orang yang akan binasa pemberitaan tentang salib itu adalah kebodohan, mereka menganggapnya sebagai suatu kebodohan karena mereka tidak sanggup menerima jalan salib tersebut. Maka kalau ada orang Kristen yang berani menolak salib, berarti ia sedang menolak firman Tuhan, ia sedang menolak kemuliaan = menolak sorga maka ia akan mati binasa di api neraka.

- Tetapi bagi kita, yang mau menderita karena mengikut Tuhan, pemberitaan tentang salib itu bukanlah suatu kebodohan, sebaliknya menjadi berkat. Sebab lewat salib itu kita telah diselamatkan, segala dosa dan pelanggaran kita telah dihapuskan dan lewat salib itu ada janji-janji Tuhan yang besar. Jadi bagi kita pemberitaan tentang salib itu merupakan kekuatan Allah, artinya kalau kita mau menderita karena firman Tuhan, maka kekuatan Allah akan diberikan kepada kita. Ada kekuatan atau kemampuan berjalan bersama dengan Kristus.

Roma 8 : 22 - 23 firman Tuhan menjelaskan jalan salib itu diibaratkan seperti “seorang ibu” yang sedang merasa sakit bersalin, yang mengalami banyak kesakitan. Tetapi jika tetap sabar, kesakitan itu akan berubah menjadi sukacita yang besar, sebab jika kita tetap setia mengikut Tuhan maka kita akan menerima karunia sulung Roh, Tuhan akan memenuhi kita dengan Roh Kudus-Nya yang memberi penghiburan dan pertolongan.
Sekali pun dalam memikul salib itu hati kita juga mengeluh, namun Tuhan akan memberi kekuatan dan penghiburan sambil kita menantikan pengangkatan, kita dipermuliakan bersama dengan Kristus dalam kemuliaan-Nya.

Saudara-saudara, pada hari-hari yang lalu kita sudah melihat Abraham sebagai contoh seorang yang hidup dalam iman, yang tetap percaya kepada Allah walau pun harus mengalami penderitaan yang besar. Namun Abraham tetap percaya dan berharap kepada Tuhan, oleh iman itu ia mampu meninggalkan negerinya, rumah bapanya dan sanak saudaranya. Dan oleh iman itu juga Abraham mampu berjalan dan pergi ke tempat yang belum pernah ia jalani. Kita bisa melihatnya dalam Kejadian 12 : 1 - 3 ketika pertama kali Allah mulai memanggil Abram supaya meninggalkan negerinya, rumah bapanya dan sanak saudaranya. Janji yang diberikan Tuhan kepadanya masih disebut “akan” yang berarti belum diberikan, tetapi masih akan diberikan. Tetapi sekali pun demikian, karena imannya ia tetap berjalan ke tempat yang telah dijanjikan Tuhan kepadanya.
Demikian juga setiap orang yang rindu disebut sebagai keturunan Abraham, kita harus mau meneladani sikap Abraham. Kalau kita sudah hidup dalam iman, maka iman itu akan kita pakai untuk memperoleh apa yang telah dijanjikan Tuhan. Dan kalau kita sudah hidup dalam iman, maka berkat Abraham akan turun kepada kita. Kalau kita sudah hidup dalam iman, berarti kita juga akan disebut sebagai anak-anak janji, yang telah dilahirkan dari benih ilahi. Maleakhi 2 : 15 yang paling diinginkan Tuhan adalah keturunan ilahi, inilah orang-orang yang telah dilahirkan dari Allah, yang sudah hidup dalam iman.
Karena itu supaya kita bisa hidup dalam iman, ada satu perkara yang sangat penting kita perhatikan, perkara ini sifatnya mengikat dan membuat manusia jauh dari kebenaran, yaitu “adat istiadat” atau ajaran turun temurn dari nenek moyang. Kolose 2 : 20 - 23 firman Tuhan menjelaskan yang disebut orang-orang merdeka adalah mereka yang sudah bebas dari roh-roh dunia. Apakah yang dimaksud dengan roh-roh dunia tersebut? yaitu rupa-rupa peraturan, perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia, yang tidak berdasarkan kebenaran = inilah adat istiadat tersebut.
Ajaran-ajaran manusia itu memang nampaknya penuh hikmat tetapi banyak peraturannya yang membuat manusia itu menjadi terikat, sehingga tidak heran banyak orang sukar sekali melepaskan diri dari adat istiadat. Kalau kita lihat sekarang ini banyak orang punya prinsip: lebih takut disebut tidak punya adat, lebih takut dikucilkan dari sanak saudara dari pada memperhatikan firman Tuhan. Ini prinsip yang salah, tidak boleh dipertahankan. Keselamatan itu kita peroleh hanya dari Tuhan Yesus lewat mengerjakan apa yang menjadi kehendak-Nya, bukan karena melakukan adat istiadat atau peraturan-peraturan manusia.

Maka setiap orang yang masih terikat dengan adat istiadat berarti:
- ia masih diikat oleh roh-roh dunia
- ia sedang menaklukkan dirinya pada rupa-rupa peraturan manusia yang tidak menurut firman
- ia bukan melakukan firman Tuhan tetapi ajaran manusia

Adat istiadat atau peraturan-peraturan manusai itu nampaknya memang baik, sepertinya bisa merendahkan diri dan sepertinya penuh hikmat, tetapi menurut firman Tuhan ini tidak berguna selain hanya untuk memuaskan hidup duniawi. Setiap orang yang masih terikat dengan adat istiadat atau ajaran-ajaran dari nenek moyang, ia sedang melakukannya untuk manusia bukan untuk Tuhan, ia sedang memuaskan hawa nafsunya. Kalau tetap seperti ini keselamatan yang dari pada Tuhan itu tidak akan menjadi miliknya. Sebab dalam Markus 7 : 7 - 9 Tuhan Yesus menjelaskan bagaimana bahaya adat istiadat tersebut. Walau pun beribadah bahkan sekalipun masih tetap melayani, tetapi kalau yang dilakukan itu hanya karena perintah manusia (adat istiadat = kebiasaan) dihadapan Tuhan semua itu percuma saja. Tuhan Yesus menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik.
Jadi supaya kita bisa bebas dari roh-roh dunia atau dari adat istiadat, syaratnya: kita harus mampu menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Yaitu mengalami proses mati dan bangkit bersama dengan Kristus. Jadi setiap orang yang rela meninggal kan adat istiadatnya sama dengan merelakan diri untuk memandang salib Kristus, mau menderita karena melakukan firman Tuhan.
Galatia 5 : 16 jika kita sudah hidup oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging, oleh Roh Kudus itu kita dapat mematikan segala keinginan daging. Sebaliknya kalau tidak hidup oleh Roh, ia akan selalu menuruti keinginan daging yang sebenarnya tidak dikehendakinya. Mengapa demikian? sebab di dalam dirinya tidak ada kekuatan atau kuasa untuk mematikan segala keinginan dagingnya.

Maka dalam 2 Korintus 5 : 17 firman Tuhan mengatakan yang layak disebut “di dalam Kristus” adalah mereka yang sudah diciptakan menjadi ciptaan baru, yaitu yang sudah mengalami tanda pembaharuan sehingga yang lama sudah berlalu dan sekarang yang datang adalah yang baru, yaitu perkara-perkara yang rohani.
DAUD adalah contoh orang yang cinta Tuhan, yang cinta kebenaran dan yang cinta firman Tuhan. 2 Samuel 16 : 5 - 14 sekalipun Daud pernah diejek bahkan dikutuki oleh Simei, tetapi Daud tidak tersinggung. Mengapa? sebab ia sudah hidup dalam Roh. Demikian lah setiap orang yang sudah hidup dalam Roh, ia akan dipimpin oleh Roh untuk menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.




“BERJALAN DALAM SALIB KRISTUS”

Minggu - 11 J u l y 2010


Terpujilah Tuhan kita, Yesus Kristus, Kepala gereja dan Mempelai Pria sorga yang menyertai dan yang memberkati kita terus menerus sampai Ia datang kembali. Kita patut bersyukur karena firman Tuhan terus menerus diperdengarkan dan diberikan kepada kita. Betapa pentingnya kita tetap memandang salib Kristus, sumber pertolongan bagi kita, sumber pengurapan dari Roh Kudus. Walaupun salib itu berbicara kepada kematian, tetapi inilah sumber yang menghidupkan kita supaya kita semua layak disebut milik Kristus. Kita semua harus mau berjalan dalam salib Kristus.
Dalam Ibadah pendalaman Alkitab, pada hari-hari yang lalu, kita sudah melihat bahwa untuk mendapatkan minyak urapan harus terbuat dari bahan-bahan yang telah ditentukan sendiri oleh Tuhan, tidak boleh ditambah dengan bahan-bahan yang lain, sepenuhnya Tuhan yang menentukan. Yaitu dari rempah-rempah pilihan, seperti mur tetesan lima ratus syikal, kayu manis, tebu yang baik, kayu teja dan minyak zaitun (Keluaran 30 : 22 - 25).
Khusus untuk mendapatkan mur tetesan lima ratus syikal, pohonnya harus dilukai supaya keluar tetesan mur. Ini berbicara jalan salib, sebagai umat Tuhan kita harus tetap berjalan di dalam salib supaya Roh Kudus mengurapi kita. Jalan salib = menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Sebelum Yesus disalibkan, terlebih dahulu Ia harus mengalami penderitaan yang begitu berat setelah itu barulah Ia mati di kayu salib, darah-Nya menetes bagaikan tetesan minyak mur yang keluar dari pohon yang telah dilukai. Kalau Saudara mau hidup rohanimu, harus mau menghargai salib Kristus.

Jadi mur tetesan itu menunjuk jalan salib, Tuhan Yesus sedang membawa kita berjalan dalam jalan salib supaya kita bisa mati terhadap segala keinginan diri sendiri, mati terhadap ego.

Angka lima ratus syikal = angka penuntasan terhadap segala keinginan daging. Setiap orang yang ingin diurapi oleh Roh Kudus, ia harus mau mematikan segala keinginan dagingnya.

Jalan salib itu bukan jalan yang tepaksa, Yesus mati di kayu salib bukan karena terpaksa, tetapi karena telah ditentukan sendiri oleh Tuhan supaya menjadi korban penebusan dan pendamaian bagi kita. Kalau seandainya Tuhan Yesus tidak rela mati di kayu, atau jika seandainya Yesus karena terpaksa saja mati di kayu salib, maka keselamatan tidak akan pernah menjasdi milik kita, dar tidak akan ada satu paku pun yang bisa menembus tangan-Nya atau kaki-Nya. Karena itu kalau pun sekarang ini Tuhan sengaja membawa kita berjalan dalam salib, jangan dengan paksaan tetapi harus dengan kerelaan, jalani semua dengan sukacita. Sebab kalau dengan paksaan maka Saudara tidak akan pernah melihat mujizat yang besar, tidak akan pernah mengalami keselamatan dan tidak mungkin bisa masuk ke dalam kerajaan sorga. Kalau pun dengan seijin Tuhan kita harus berjalan dalam salib, jangan mengelak dan jangan dengan paksaan, INGAT! ini jalan untuk mendekatkan kita kepada Tuhan.

Yesaya 53 : 3 - 5 nubuat tentang penderitaan yang dialami Tuhan Yesus. Kematian Kristus di kayu salib adalah untuk menanggung penyakit kita, kesengsaraan kita, kita dan pemberontakankejahatan kita. Oleh kematian Yesus di kayu salib, maka ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita telah ditimpakan kepada Tuhan Yesus (=jalan salib). Sehingga sekali pun kita sedang mengalami banyak penderitaan, itu bukan lagi karena dosa tetapi karena seijin Tuhan, kita harus menjalaninya dengan kerelaan.
Jalan salib adalah jalan yang telah ditentukan Tuhan supaya kita diselamatkan, supaya kita diberkati, supaya kita dipelihara sampai kepada kedatangan-Nya yang kedua kali. Kita lihat dalam Filipi 1 : 29 firman Tuhan menjelaskan: kepada kita dikaruniakan bukan hanya percaya saja, tetapi menderita untuk Kristus (=jalan dalam salib). Jadi kalau kita mau menderita karena Kristus, menderita karena melakukan kebenaran, penderitaan yang kita alami itu adalah untuk Kristus. Kalau hanya untuk percaya saja siapa pun bisa, apalagi kalau hanya untuk diberkati, pasti lebih banyak orang percaya kepada Tuhan. Tetapi bagaimana jika Saudara sedang dibawa berjalan dalam salib, apakah Saudara mau? Tidak ada jalan lain yang bisa menyelamatkan kita dari dosa, tidak ada jalan lain yang bisa membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, selain jalan dalam salib.

Salah satu jemaat yang berjalan dalam jalan salib adalah jemaat di Tesalonika, yang berhasil hidup dalam iman, tetap berharap kepada Tuhan dan hidup dalam kasih sehingga Tuhan sendiri telah memilih mereka. Dalam terang Tabernakel kitab Tesalonika ini berbicara pakaian imam, yang menunjuk sikap dan perbuatan yang benar sehingga kita layak disebut sebagai imam-imam bagi Allah. Artinya jika kita ingin seperti jemaat di Tesalonika yang berhasil menjadi orang yang dipilih oleh Tuhan, maka kita juga harus mau berjalan dalam jalan salib. 1 Tesalonika 1 : 6 dijelaskan: sekali pun jemaat di Tesalonika ini hidup dalam penindasan yang berat, tetapi mereka berhasil menerima firman Tuhan dengan sukacita, bukan dengan paksaan dan Roh Kudus pun bekerja dengan leluasa dalam hidup mereka. Sehingga firman Tuhan mengatakan bahwa mereka telah berhasil menjadi teladan untuk semua orang (ayat 7).

Proses supaya kita bisa berjalan dalam salib:
- kita harus mau hidup dalam kebenaran,
- kita harus diurapi dengan Roh Kudus.

Firman Tuhan dalam 1 Petrus 4 : 12 - 16 menjelaskan penderitaan itu bentuknya seperti nyala api siksaan yang datang sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kita. Tetapi sekali pun demikian, karena penderitaan itu seijin Tuhan, kita harus bergembira dan bersukacita menerimanya, jangan dengan paksaan dan jangan menolak jika hal ini datang menimpa kita. Kalau kita sabar, berkatnya maka Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada pada kita.
Demikian juga dalam 2 Korintus 4 : 16 - 17 firman Tuhan mengatakan Tuhan sedang membawa kita masuk ke dalam penderitaan, untuk itu kita tidak boleh tawar hati. Mengapa? sebab penderitaan itu mengerjakan bagi kita kemuliaan yang kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari penderitaan yang sedang kita alami. Sebab justru lewat penderitaan itu manusia batiniah kita sedang dibaharui dari sehari ke sehari sampai kita memperoleh kemuliaan yang kekal (ayat 18). Penderitaan yang datang dengan seijin Tuhan itu berfungsi untuk membaharui kita, termasuk hati dan pikiran, supaya tetap berharap hanya kepada Tuhan saja, tidak mengandalkan diri sendiri apalagi tidak mengandalkan orang lain.
Hidup manusia itu sebenarnya sangat singkat dan tidak banyak yang bisa diperbuat. Tidak ada jalan lain yang bisa membawa kita kepada kehidupan yang kekal selain lewat jalan salib. Dunia ini memang selalu menawarkan yang baik-baik, banyak orang yang ingin kaya, jabatan yang bagus, pekerjaan yang bagus, usaha yang maju, tidak sadar mereka sedang tertipu.
Bahkan dalam pelayanan banyak orang berkhotbah hanya berfokus kepada berkat-berkat saja, khotbah yang paling dikejar orang adalah khotbah soal berkat-berkat jasmani. dan kesembuhan secara jasmani saja. Mereka tidak sadar bahwa perkara-perkara yang jasmani itu bisa membawa mereka jauh dari pada Tuhan. Wahyu 2 : 4 - 5 firman Tuhan menjelaskan tentang keadaan jemaat di Efesus yang ditegur oleh Tuhan dengan keras sebab ada pekerjaan mereka yang tidak berkenan kepada Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa kejatuhan yang paling dalam itu bukan karena berzinah, bukan karena mencuri atau membunuh. Tetapi dimata Tuhan, kejatuhan yang paling dalam adalah meninggalkan kasih yang mula-mula. Meninggalkan kasih yang mula-mula itu juga termasuk di dalamnya karena tidak mau lagi menderita karena kebenaran, tidak mau menderita karena melakukan firman Tuhan, dengan kata lain tidak mau berjalan dalam salib.
Sauadara-saudara, kita semua mempunyai jalan salib masing-masing. Baik sebagai suami mempunyai jalan salib sendiri, baik sebagai istri mempunyai jalan salib sendiri, demikian juga sebagai hamba Tuhan mempunyai jalan salib sendiri. Seorang yang sedang mengalami jalan salib karena Kristus tidak boleh digantikan dengan yang lain. Misalnya suami tidak bisa menyerahkan jalan salibnya kepada istri demikian sebaliknya istri tidak bisa menyerahkan jalan salibnya kepada suaminya. Masing-masing harus menjalaninya dengan taat dan setia sambil beribadah dan melayani Tuhan. Sebagai seorang suami ataupun sebagai seorang istri, harus mau memikul salib yang telah dipikulkan Tuhan kepadanya, tidak boleh diserahkan kepada yang lain.
Orang yang mau berjalan dalam salib Kristus, yang mau menderita karena melakukan firman Tuhan, berkatnya: pandangannya akan diubahkan oleh Tuhan. Fokus pandangannya bukan kepada yang sementara, bukan kepada yang dapat kelihatan, tetapi kepada yang tidak dapat kelihatan, yaitu yang kekal.

MUSA
adalah contoh orang yang sudah diubahkan pandangannya. Ibrani 11 : 24 - 26:
- mampu menolak disebut sebagai putri Firaun (=berubah menjadi anak Tuhan)
- lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah (=mau berjalan dalam jalan salib)
- menganggap penderitaan itu sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir (=membuat jalan salib itu sebagai kebanggan bukan karena paksaan).

Sebagai jemaat Tuhan, kita patut kagum melihat tindakan Musa ini sebab, yang ditinggalkan Musa di Mesir itu bukan harta yang sedikit, bukan jabatan yang rendah, tetapi kekayaan yang luar biasa besarnya. Namun walaupun demikian Musa mampu meninggalkan semua itu setelah pandangannya diubah, sekarang pandangannya sudah diarahkan kepada upah, yaitu untuk memperoleh hidup yang kekal.
Demikian juga kalau kita mau meniru sikap Musa tersebut, jika kita mau berjalan dalam salib Kristus, pandangan kita juga akan diubahkan untuk memperoleh hidup yang kekal di dalam kerajaan Sorga. Karena itu jangan mengelak dari jalan salib yang sudah ditentukan Tuhan untuk kita jalani, jangan bersungut-sungut dan jangan menganggap penderitaan itu sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan. Ingat! dibalik jalan salib itu sudah tersedia berkat yang besar, sudah tersedia hidup kekal yang disediakan bagi kita di dalam kerajaan sorga.
H A L E L U Y A ..................!!!!!!!!!!!!!



“BERJALAN DALAM SALIB KRISTUS”


Minggu - 18 July 2010


SALIB adalah hikmat Tuhan yang sanggup membawa kita kepada keselamatan, hikmat Tuhan yang bisa membawa kita mendekat kepada Allah. Maka bagi kita jalan salib itu adalah jalan yang sudah ditentukan untuk kita jalani, tidak ada seorang pun yang bisa mengelak dari jalan salib ini.
Kalau Tuhan sengaja membawa kita berjalan dalam salib, berarti Tuhan sedang mengajar supaya kita bisa menjadi nol, yaitu menganggap diri tidak ada apa-apanya, tidak lagi mengandalkan diri sendiri tetapi sepenuhnya sudah bergantung harap hanya kepada Tuhan Yesus saja. Dalam 2 Korintus 12 : 7 - 10 firman Tuhan menjelaskan apa yang dialami oleh rasul Paulus ketika di dalam dirinya Tuhan sengaja menaruh suatu “duri” di dalam dagingnya.
Duri dalam daging itu adalah utusan iblis yang datang untuk menggocoh (=mengacau) hidupnya. Paulus sebagai rasul Kristus sudah tiga kali berseru kepada Tuhan supaya utusan iblis itu undur dari padanya, tetapi Tuhan tidak menjawab doanya, duri dalam dagingnya itu tidak dicabut. Justru Tuhan berkata kepadanya: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Tuhan Allah sengaja mengijinkan utusan iblis itu bagaikan duri dalam daging supaya Paulus tetap bersandar hanya kepada Tuhan dan supaya Paulus jangan sampai mengandalkan kehebatannya.
Intinya:
- Tuhan mau supaya hanya Dia saja yang lebih dominan dalam hidupnya.
- Tuhan mau hanya Dia saja diandalkan.


Mazmur 49 : 6 - 8 ciri-ciri atau keadaan manusia kalau Tuhan tidak dominan di dalam dirinya:
- menaruh percaya hanya kepada harta benda.
- kemegahan/kebanggaannya hanya kepada banyaknya harta kekayaannya.


Firman Tuhan dalam Mazmur 49 : 8 - 9 mengatakan “Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya.”

Saudara-saudara, kalau bukan Tuhan yang dominan maka tidak ada seorang pun yang dapat membebaskan dirinya dari dosa atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya. Mengapa? karena seberapa pun besarnya harta kekayaan yang kita miliki, semua itu tidak bisa membebaskan kita dari dosa. Walaupun hartanya melimpah, walau pun pangkatnya tinggi, jabatannya juga tinggi, ini juga tidak bisa melepaskan manusia dari dosa.
Justru firman Tuhan dengan tegas mengatakan: “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” Jadi kalau bukan Tuhan yang lebih dominan di dalam diri manusia, nasib manusia itu akan menjadi sama dengan binatang (ayat 21). Mereka akan sama seperti domba yang meluncur ke dunia orang mati, digembalakan langsung oleh maut. Selama manusia itu bergantung kepada apa yang ada padanya, semua itu bisa berubah, semua bisa mengecewakan dan semua bisa meninggalkannya dengan tiba-tiba.
- Ketika engkau punya sahabat, saudara atau orang yang paling dekat dengan dirimu, suatu saat mereka bisa saja meninggalkan engkau.
- Ketika engkau punya segala-galanya, engkau dihormati orang lain, banyak orang yang kagum karena kekayaan atau karena jabatanmu, tetapi ketika engkau tidak punya apa-apa lagi mereka semua dengan segera akan meninggalkan engkau.

Itulah dunia dan itulah juga sifat manusia, sifatnya tidak kekal hanya sementara saja, semua bisa berubah dengan segera. Hanya satu saja sifatnya yang kekal, yaitu jika kita berjalan bersama dengan Kristus dalam jalan salib, Tuhan Yesus pasti setia menemani kita sampai berhasil masuk ke dalam kerajaan sorga. Satu-satunya yang bisa membebaskan kita dari dosa hanyalah darah Kristus yang telah memperdamaikan kita dengan Bapa di sorga. Karena itu kalau Saudara ingin diperdamaikan dengan Kristus, harus ada kerelaan berjalan bersama dengan Kristus dalam salib. Bagi Tuhan tidak terlalu sulit untuk memberikan pertolongan.
Saudara-saudara, sebenarnya tidak terlalu sulit bagi Tuhan untuk melepaskan bangsa Israel dari Mesir, dan tidak terlalu sulit bagi Tuhan untuk memberikan apa yang mereka perlukan di padang gurun, ketika bangsa Israel keluar Tuhan bersedia mencukupkan segala kebutuhan mereka. Tetapi yang jadi masalah adalah dari pihak bangsa Israel sendiri, yaitu karena mereka tidak dapat mengikuti apa yang menjadi kehendak Tuhan, mereka tidak taat dan tidak dengar-dengaran kepada firman Tuhan. Bangsa Israel tidak dapat mengalahkan kehendak diri sendiri = tidak mampu berjalan dalam salib.
Sebagai jemaat Tuhan yang benar, kita harus tahu bahwa kita di dunia ini hanyalah sebagai PENDATANG & PERANTAU (1 Petrus 2 : 11).
Maksudnya adalah:
- Tuhan mau supaya kita semua tidak terikat dengan perkara-perkara yang duniawi.
- Tuhan mau supaya hanya Dia saja yang lebih dominan dalam hidup kita.

Sehingga kalaupun Tuhan sengaja mengijinkan kita berjalan dalam salib, pederitaan atau pencobaan itu datang silih berganti, ingat! Tuhan selalu bersedia memberi jalan keluarnya, Dia pasti akan memberi pertolongan tepat pada waktunya.
1 Raja-raja 18 : 36 - 40 ketika nabi Elia berhadapan dengan nabi-nabi Baal, bangsa Israel sudah beribadah kepada allah lain. Dan setelah nabi Elia memperbaiki mezbah dan ia sendiri berdoa kepada Tuhan memohon supaya Tuhan menjawab doanya, setelah Tuhan melihat Elia sudah menyerahkan dirinya kepada Tuhan, maka Tuhan pun menjawab doanya.
Musa sebelum diutus ke Mesir memang sudah punya tongkat, tetapi tongkatnya ini belum punya kuasa, ketika tongkatnya itu dilemparkan ke tanah tongkat itu berubah menjadi ular. Ini berbicara sebelum Tuhan mendominasi dalam hidup manusia, maka kuasa Tuhan tidak akan menjadi nyata. Tetapi setelah Tuhan mendominasi dalam hidupnya dan setelah pola pikir Musa diubahkan, tongkat yang ditangan Musa itu menjadi tongkat Tuhan yang dipakai untuk menunjukkan kuasa Tuhan baik kepada orang Mesir mau pun kepada bangsa Israel sendiri bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya yang sanggup memberi kelepasan dari Mesir. Tongkat inilah yang dipakai oleh Musa untuk mengadakan mujizat selama di padang gurun, dan tongkat inilah juga yang dipakai untuk memimpin mereka selama di padang gurun. Supaya bangsa Israel mampu berjalan di padang gurun, kemampuan Tuhan harus di atas segala-galanya.
Saudara-saudara, jalan salib itu berfungsi membuat hidup kita menjadi tidak kelihatan lagi (=dihadapan Tuhan menjadi nol) namun lewat jalan salib itu juga kuasa Tuhan akan menjadi nyata yang memberi pertolongan tepat pada waktunya. Asalkan Kristus yang mendominasi dalam hiaup kita, maka kuasa Tuhan itu akan memimpin hidup kita. Tuhan itu akan hidup di dalam kita, kuasa Tuhan itu akan menjadi nyata dalam kehidupan kita yang dikendalikan oleh Tuhan.
Yeremia 29 : 11
menjelaskan rancangan Tuhan dalam hidup kita bukanlah rancangan kecelakaan, tetapi rancangan yang mendatangkan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan. Teladan supaya kita bisa berjalan dalam salib adalah pribadi Tuhan Yesus sendiri yang telah meninggalkan teladan yang baik kepada kita semua. Kristus telah menderita untuk kita maka kita wajib mengikuti teladannya tersebut, kita harus mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2 : 21). Jika sudah demikian, maka kasih karunia Allah akan nyata dalam hidup kita, kita hidup tetapi bukan kita lagi melainkan Kristus yang diam di dalam kita.



“BERJALAN DALAM SALIB KRISTUS”


Minggu - 25 Juli 2010


Mengapa kita harus beribadah?
Tujuannya : untuk membawa kepada Tuhan sebuah persembahan yang hidup dan yang berkenan kepada-Nya, yaitu tubuh kita sendiri.
Kita datang beribadah ke gereja jangan karena suatu aturan dan peraturan, jangan hanya karena agama Kristen, jangan hanya untuk bertemu dengan teman-teman yang lain, bukan supaya dikenal oleh orang lain, tetapi sepenuhnya untuk membawa dan mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, supaya hidup kita bisa berkenan kepada Tuhan. Beribadah itu bukan hanya sekedar datang ke gereja saja, beribadah itu bukan hanya sekedar membawa korban persembahan, tetapi untuk menyenangkan hati Tuhan dan untuk mengambil hati Tuhan.

Kejadian 4 : 1 - 7 Adam mempunyai dua orang anak, yang pertama bernama Kain dan yang kedua bernama Habel. Kain menjadi seorang “petani” yang mengusahakan tanah yang telah dikutuk karena dosa, sedangkan Habel menjadi seorang “gembala” kambing domba.Setelah mereka besar, mereka sama-sama beribadah dan berkorban kepada Tuhan. Kain mempersem-bahkan sebagian dari hasil tanahnya, sedangkan Habel mempersembahkan korban persembahan dari “anak sulung” kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya.

Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan Tuhan, sedangkan Habel diindahkan Tuhan. Karena persembahan Kain tidak diindahkan Tuhan, maka hatinya menjadi panas dan mukanya muram.Walau pun firman Tuhan datang mengingatkan Kain tetapi Kain tidak memperhatikannya, sehingga Kain menjadi seorang pembunuh dan yang dibunuhnya adalah saudara kandungnya sendiri, bukan orang lain.

Yang perlu kita pelajari dari ayat tersebut di atas adalah bahwa ibadah dan persembahan yang benar itu harus didasari dengan adanya korban yang benar, yang di dalamnya ada penumpahan darah sebagai lambang korban Kristus di kayu salib sebagai Anak Domba yang disembelih.
Kain dan korban persembahannya tidak diindah kan Tuhan, karena yang dipersembahkan adalah dari hasil tanah. Segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan jika berasal dari tanah, maka persembahan itu tidak mungkin bisa berkenan kepada Tuhan. Mengapa? karena tanah itu sudah dikutuk oleh Allah ketika Adam dan istrinya sudah jatuh ke dalam dosa. Kejadian 2 : 7 manusia itu dibuat dan dibentuk oleh Allah dari debu tanah menjadi makhluk yang hidup. Sedangkan dalam Kejadian 3 : 17 tanah itu menjadi terkutuk setelah Adam dan istrinya jatuh ke dalam dosa. Jadi yang dipersembahkan Kain kepada Tuhan adalah hasil tanah yang telah dikutuk.

Bagi kita sekarang, arti korban persembahan dari hasil tanah itu sama dengan ibadah dan pelayanan yang bercampur dengan keinginan daging. Segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan yang bercampur dengan keinginan daging, atau untuk kepentingan diri sendiri saja, tidak mungkin bisa berkenan kepada Allah.

Yohanes 3 : 6 Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah Roh.” Setiap orang yang dilahirkan dari daging kalau belum mengalami tanda keubahan hidup, ia sama seperti angin yang bertiup ke mana ia mau, memang orang bisa mendengar suaranya tetapi kita tidak tahu dari mana ia datang dan ke mana ia pergi (ayat 8a). Walaupun sudah seperti Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, kalau tidak mengalami tanda kelahiran baru, ia hanya seperti angin saja.

Berbeda dengan Habel dan korban persembahannya, karena yang dipersembahkan itu adalah anak sulung dari kambing domba, maka Habel dan korban persembahannya diindahkan oleh Tuhan. Tuhan Allah sangat berkenan jika yang dipersembahkan itu dari ternak peliharaan.

Kambing domba itu adalah ternak peliharaan, yang mau dijaga dan dipelihara dengan baik dalam penggembalaan. Ini menunjuk sikap hidup yang benar, jemaat yang mau digembalakan dalam ibadah dan penggembalaan yang benar, yang mau dipimpin dan dipelihara dengan firman Tuhan. Sebab jika kita sudah hidup di dalam ibadah dan penggembalaan yang benar, maka kita juga akan disebut sebagai “domba-dombanya Tuhan” yang digembalakan dalam firman pengajaran.
Tuhan Yesus Kristus juga disebut sebagai “Anak Domba Allah” yang telah disembelih (Wahyu 5 : 6, 9) karena Yesus mau menurut dan melakukan seluruh kehendak Bapa. Karena itu jika kita mau melakukan seluruh kehendak Tuhan, kita juga akan disebut sebagai domba-dombanya Tuhan yang digembalakan dalam firman pengajaran.
DOMBA = gambaran pribadi Yesus . Maka setiap orang yang di dalam dirinya sudah ada pribadi Yesus Kristus, sudah ada sikap seperti domba yang telah dipelihara, maka ibadah dan persembahan kita juga pasti akan berkenan kepada Tuhan.

Sebab arti yang sesungguhnya “mempersembahkan kambing domba” itu sama dengan:
- mempersembahkan sikap hidup yang benar, bagaikan domba yang disembelih supaya bisadipersembahkan di atas mezbah.
- mau berjalan dalam jalan salib, sama seperti domba yang disembelih memang sakit tetapi domba itu tidak mengelak ketika disembelih.


Jadi jelas, Kain dan korban persembahannya tidak di-indahkan Tuhan karena yang dipersembahkan adalah dari hasil tanah, persembahan yang tidak ditandai dengan sikap hidup yang benar. Setiap orang yang tidak berhasil mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan, sikap hidupnya:
- tidak dapat menerima orang lain.
- di dalam dirinya hanya ada kebencian dan iri hati.
Puncaknya: Kain menjadi seorang pembunuh dan yang dibunuhnya adalah adik kandungnya sendiri, satu ayah dan satu ibu. Jadi Kain adalah gambaran orang Kristen yang tidak berhasil mempersembahkan sikap yang benar kepada Tuhan.

Dalam Filipi 1 : 21 ada dua (2) hal penting yang perlu kita perhatikan, yaitu:
- HIDUP ADALAH KRISTUS
- MATI ADALAH KEUNTUNGAN

Ayat firman Tuhan ini berbicara sikap hidup orang Kristen yang benar, yang di dalam dirinya pribadi Kristus benar-benar nyata, jadi baik ketika hidup bahkan ketika mati sekalipun dalam kuasa Tuhan.
Sebagai jemaat Tuhan maupun sebagai hamba Tuhan, kita hidup harus untuk Kristus, hidup jangan hanya untuk diri sendiri, jangan hanya untuk istri, suami atau anak-anak, hidup itu bukan hanya untuk orang lain, tetapi sepenuhnya untuk Kristus. Kita harus sama seperti domba yang disembelih, baik ketika hidup mau pun setelah mati sama-sama berguna untuk Tuhan.
Kalau hidup bukan untuk Tuhan, berarti ia hidup hanya untuk dirinya sendiri, hanya untuk istri, untuk suami atau untuk anak-anaknya saja. Orang yang seperti ini pasti akan ditolak oleh Tuhan, sama seperti Tuhan menolak Kain dan korban persembahannya yang berasal dari tanah, demikianlah ia akan ditolak walaupun ia berkorban juga. Habel dan korban persembahannya diindahkan Tuhan karena yang dipersembahkan dari kambing domba, rohaninya hidup, ibadahnya hidup maka persembahannya pun harum dihadapan Tuhan.
Galatia 2 : 19 - 20 firman Tuhan menjelaskan, jika kita sudah mati oleh hukum Taurat dan untuk hukum Taurat, maka kita akan hidup untuk Allah. Sehingga sekali pun kita hidup, tetapi bukan hanya kita sendiri lagi yang hidup, melainkan Kristus juga sudah hidup di dalam hidup kita. Setelah itu barulah kita bisa menyerah kan seluruh hidup sebagai persembahan yang benar.