KITAB FILIPI
Kamis, 28 Maret 2013
Saudara-saudara, kitab Filipi hanya terdiri dari empat pasal, ditulis oleh rasul Paulus ketika
ia sedang dipenjarakan di kota Filipi dan dalam terang Tabernakel kitab Filipi ini kena mengenai dengan Pelita atau kaki dian emas. Sama seperti pelita yang ditempa dari satu talenta
emas, yang mengalami berbagai-bagai proses sampai pelita itu selesai dibentuk, demikianlah
jemaat di Filipi ini bertumbuh di tengah-tengah penderitaan yang begitu berat.
Namun demi-
kian jemaat di Filipi tetap percaya kepada Tuhan dan mau menerima firman yang diberita-
kan oleh rasul Paulus. Karena itu berbicara kitab Filipi adalah berbicara kitab sukacita yang
di dalamnya ada banyak kalimat yang mengatakan “Bersukacitalah.”
Kemudian kitab Filipi ini juga adalah kitab yg berbicara persekutuan pelayanan dalam terang
firman Tuhan maupun dalam pimpinan Roh Kudus. Ada persekutuan yang erat dengan Tuhan dalam firman dan Roh Kudus-Nya, ini menjadi kunci kemenangan jemaat di Filipi maka
mereka pun bisa bertumbuh walau sedang berada di tengah-tengah penderitaan yg begitu berat.
Karena jemaat di Filipi ini bisa bertumbuh dengan baik maka rasul Paulus pun bisa bersukacita dalam doanya setiap kali ia mengingat jemaat di Filipi dalam doanya. Wahyu 12 : 1 - 2 ada
perempuan yang berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahko-
ta dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ini adalah penampilan gereja Tuhan yg telah berhasil menjadi mempelai perempuan Kristus. Walau ditimpa oleh berbagai-bagai penderitaan
yang begitu berat dan walau sedang dalam kesakitan karena hendak melahirkan, tetapi berhasil
melewati semua penderitaan tersebut dan akhirnya mengalami kemenangan yang luar biasa.
Matius 16 : 21 - 23 orang pertama yang menolak penderitaan adalah Petrus murid Yesus sendi-
ri karena tidak sanggup menerima penderitaan.
Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia harus men
derita dan mati dikayu salib, Petrus langsung menarik Yesus ke samping seolah-olah ia orang
yg sangat peduli dengan Yesus dan mengatakan: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!
Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Petrus tidak tahu bahwa perkataannya itu merupakan bisikan Iblis, sehingga Yesuspun menghardik Iblis yang telah merasuk Petrus. Petrus tidak memikirkan yang dipikirkan Yesus tetapi yang dipikirkan Petrus hanyalah apa yang biasa
dipikirkan oleh manusia.
Demikian juga halnya kepada kita sekarang ini, sebagai jemaat maupun sebagai hamba Tuhan
kita harus memikirkan apa yang dipikirkan Allah, jangan hanya memikirkan apa yang baik untuk
diri sendiri. Kita harus mampu menanggung penderitaan yang berat sekalipun asal kita berkenan kepada Tuhan. Mengikut Tuhan itu memang menderita tetapi selalu ada sukacita yang di
sediakan Tuhan bagi kita, Kristus Yesus pasti membela dan memelihara hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar